"School From Home" & "Work From Home" dalam Pandemi Korona (Opiniku)


Suka-Duka School From Home.

Sejak Surat Edaran Bupati Bekasi berlaku untuk semua warganya, termasuk Kabupaten Bekasi. Maka sejak itu diberlakukan sekolah dari rumah mulai PAUD/TK sampai SMA dan sederajat baik negeri atau swasta serta Mahasiswa Perguruan Tinggi untuk belajar dari rumah saja dengan bimbingan guru/Wali kelas dan dosen masing-masing. Berlaku sejak tanggal 16 Maret 2020 ~ 31 Maret 2020. Karena epidemi korona yang semakin meluas wabahnya. Diharapkan untuk bisa mengkarantina warganya terutama anak-anak dan remaja agar memutuskan rantai penyebaran virus Covid-19. Dan kini masa belajar dari rumah sudah diperpanjang lagi sampai tanggal 03 Mei 2020 dari Surat Edaran Bupati Bekasi ketiga kalinya sebelum adanya PSBB di Kabupaten Bekasi.

Belajar dari rumah selama itu, dengan tidak membiarkan anak-anak keluar rumah. Bagi sebagian orangtua/wali murid keadaan ini harus diterima dan dijalani dengan lapang dada dan kesabaran tinggi. Pasti pertama kali menghadapi tugas sekolah dari guru untuk murid yang belajar dari rumah agak kesulitan. Karena aktivitas orangtua dan segala keadaan di rumah masing-masing anak dan pelajar berbeda-beda. Termasuk kemampuan orangtua/wali murid yang memiliki atau belum memiliki handphone/smartphone canggih.

Disini saya sebagai orangtua murid yang anaknya masih duduk di bangku sekolah SDN Kelas I (Sekolah Dasar Negeri) merasa kesulitan untuk mengajarkan anak saya. Dikarenakan saya dan suami masih beraktivitas di luar (bekerja). Anak-anak saya ini  masih bersama dalam asuhan nenek dan kakeknya. Nah, Tugas belajar harian dibagikan dalam grup Whatshap (WA). Setiap orangtua dipastikan harus punya handphone/smartpone yang lumayan bisa mendownlod aplikasi WA dan lainnya. Terkadang, tidak semua wali murid memiliki smartphone. Apalagi wali murid yang anaknya bersekolah di Sekolah Dasar Negeri yang kebanyakan diisi oleh anak-anak dengan wali murid yang rata-rata ekonominya menengah ke bawah. 

Adalagi kendala kedua, kendala wali murid saat guru menjelaskan di Grup WA. Tugas harus dikumpulkan dengan difotokan/divideokan. Terkadang, smartphone yang dimiliki oleh beberapa wali murid memiliki kapasitas memori terbatas, masalahnya jika mereka menyimpan foto/video dalam aplikasi WA tersebut, tidak bisa menampung lebih banyak. Tetapi wali murid yang ada di grup WA sekolah anak saya, semua bersemangat. Saling membantu jika ada wali murid yang tidak memiliki smartphone/handphone. Mereka membantu memfotokan tugas teman anaknya. Tapi jika mereka tetanggaan. Bersyukurnya saya, memiliki wali kelas yang pengertian dan perhatian pada masalah yang dialami beberapa wali murid untuk mengumpulkan tugas anak mereka. Jadi, wali kelas anak saya memberi batas waktu pengumpulan tugas tanpa batas. Asalkan setiap tugas dituliskan tanggalnya.

Lalu ada perubahan dari wali kelas murid saya. Dia menyarankan untuk mengirimkan tugas melalui grup classroom goegle atau grup gmail. Jadi setiap anak harus punya email sendiri dengan nama panjangnya dan menerima tugas dari join gmail. Untuk saya pribadi, cara itu sebenarnya efektif untuk guru dan wali murid agar kapasitas memori hape tidak kepenuhan. Pun guru/wali kelas saya dengan begitu memudahkannya untuk langsung mengirimkan catatan tugas pengajar ke dinas pendidikan jadi lebih mudah, tanpa memindahkan dulu dari WA ke gmailnya. Untuk guru, saya sangat salut dan kerjaannya mungkin akan bertambah banyak. Harus menyalin semua tugas anak ke dalam catatan nilai harian dan ulangan dari grup WA satu-satu. Namun kenyataan dalam grup WA kelas anak saya; semua wali murid protes. Dikarenakan mereka tidak bisa menggunakan email dari gmail mau pun email dari media online mana pun. Saya paham, apalagi yang memantau belajar anak kelas SD kebanyakan Ibu Rumah Tangga dari berbagai latar pendidikan berbeda-beda. Saya mengerti, akhirnya setelah empat kali mengirimkan tugas anak saya di grup classroom google. Wali kelasnya mengalah pada wali murid yang lain. Kembali mengirim tugas via grup WA.

Itu cerita saya belajar dari rumah untuk kelas I SDN. Itu saja saya dibuat pusing dan repot pada tugas yang harus dikerjakan anak setiap hari dengan keadaan saya yang tidak bisa sepenuhnya mendampingi anak, untuk belajar/membimbingnya buat tugas sekolah. Bagaimana dengan Anda-anda wali murid lain yang anaknya bersekolah di kelas 2,3,4,5,6 SD atau yang SMP dan SMA? Tentu para orangtua juga mengawasi anak mereka untuk belajar dengan baik dan benar selama di rumah.


Saya sendiri kerepotan karena juga momong bayi yang belum genap setahun sambil mengintrupsi tugas anak saya. Kemudian sambil melakukan kerjaan rumah tangga setelah pulang kerja dari kantor. Suami juga ikut bantu momong meski tidak bisa lama. Terkadang harus mengirim tugas sekolah keesokan harinya karena anak pertama saya kelelahan dan kurang konsentrasi belajar di rumah. Begitulah suka duka selama anak belajar dari rumah. Tidak mudah untuk menjadi orangtua sekaligus guru. Susah sekali ternyata, dan salut untuk semua guru, baik guru PAUD, TK, SDN, SMP, SMA, dan juga dosen. Kalian luar bisa, menjadi guru untuk semua murid yang diajarkan dalam satu kelas itu tidak gampang. Kesabaran tinggi harus dimiliki dengan luhur, mengajarkan budi pekerti pun sang guru harus lebih kuat dan bijaksana dari para orangtua. Pelajaran setiap hari yang saya petik dari keadaan inibelajar dari rumah adalah kesabaran dan ketelatenan untuk mengajarkan anak.




Suka-Duka Work From Home.

Saya juga ingin bercerita tentang masa pandemi yang mana di berbagai instansi swasta, negeri dan perusahaan yang diharuskan untuk merubah cara kerja karyawannya. Ketika harus datang ke kantor atau ke tempat kerja seperti pabrik dan lainnya, tentu akan sangat memprihatinkan berada di luar rumah selama ada wabah korona ini. Sedangkan pemerintah pusat dan daerah menyarankan untuk berada di rumah saja/sosial dinstancing, dalam berupaya memutuskan rantai penyebaran virus Covid-19. Virus yang saat ini belum ada obatnya (wabah korona) dan semakin bertambah korban di Indonesia sudah lima ribuan orang terpapar/positif terkena virus. Program kerja dari rumah selalu digaungkan berkali-kali oleh pemerintah pusat dan daerah kita melalui iklan di televisi dan poster-poster di jalan umum.

Work From Home/Kerja dari Rumah. Untuk saya yang bekerja pada perusahaan swasta sebagai adminitrasi kantor bisa bekerja dari rumah. Melalui email dengan media elektronik komputer atau laptop. Seperti membuat penawaran harga, jurnal, rekap data dari via email dan membuat surat lainnya. Tapi tidak bisa mencetak invoice dan surat jalan untuk mengirim barang. Karena kantor tempat saya bekerja dibidang usaha trading dan menjual spare'part, assesories dies, tool, dll. Yang masih berhubungan dengan kegiatan pabrik dari mesin-mesin mereka.


Untuk kantor saya yang memiliki 
6 orang karyawan dan 2 orang atasan/pimpinan perusahaan. Bekerja dengan cara dirolling hari kerja. Misalkan hari Senin, semua formasi karyawan dan atasan lengkap masuk kerja. Lalu untuk dua hari berikutnya masuk 4 orang karyawan dan atasannya. 4 orang lainnya kerja dari rumah. Untuk dua hari berikutnya sama. Tetapi hitungan gaji hanya dipotong uang makan dan transport jika karyawan kerja dari rumah.


Selama menjalani kerja dari rumah/Work from home itu, pertama kali saya keteteran karena harus mengikuti jam kerja dari pukul delapan pagi sampai pukul lima sore. Diwaktu seperti itu bagi saya sebagai IRT (Ibu rumah Tangga) pastinya sambil menjalankan pekerjaan rumah tangga sambil momong dua anak saya. Anak pertama saya kelas I SDN dan bayi saya, lumayan repot. Saat waktu dimana teman kerja/sales kami minta dibuatkan penawaran harga untuk konsumennya, saat itu saya sedang repot sama anak-anak. Dan saat pegang laptop pun bayi saya tidak bisa diam. Maka harus pintar mengalihkan perhatian dua buah hati yang masih kecil-kecil ini. Kerepotannya disitu. Kadang saat teman kerja di grup WA mengirimkan chat kerjaan atau saya ditelepon. Handphone kebiasaan tergeletak di mana saja. Maklumlah jika Ibu Rumah Tangga naluriahnya begitu saat di rumah. Perhatian dan hati ketika di rumah adalah anak-anak (silahkan tertawa :D).


Kefokusan bekerja waktu di kantor dengan bertumpuk-tumpuk kerjaan masih bisa dikerjakan selesai sempurna. Tetapi, tidak untuk di rumah. Mungkin untuk laki-laki/bapak-bapak yang kerja dari rumah kerjaan kantornya tidak terlalu diganggu oleh anak-anak atau kerjaan rumah tangga lainnya, atau gangguan apapun. Tetapi untuk para ibu rumah tangga yang beraktivitas two in one, sungguh luar biasa harus memiliki kefokusan yang ekstra (:D). Demikianlah seperti itu.


Bagi saya pun ibu rumah tangga lainnya mungkin punya kesamaan dalam hal ini. Dimana harus membiasakan dua pekerjaan yang bersebrangan dilakukan dalam satu tempat untuk bisa fokus dengan waktu yang lama. Tidak mendadak seperti ini. Sama halnya ketika beberapa IRT yang bukan sekadar Ibu Rumah Tangga saja, tapi juga pebisnis, pedagang, memiliki penerbitan (CEO), atau hobi menulis, membaca buku, guru, penjahit, dan bidang lainnya selain Ibu Rumah Tangga, memiliki waktu pamungkas untuk bisa melaksanakan aktivitasnya itu disamping momong anak dan kerjaan rumah lainnnya. Perlu waktu khusus. Intinya disini saya memiliki pengalaman bagaimana bekerja dengan profesional kerjaan external sekaligus melakukan pekerjaan sebagai Ibu untuk anak-anak, suami, dan rumahnya. (Multitalent sebutannya).


Alhamdulillah sekarang ini kantor saya sudah meliburkan semua karyawannya sejak tanggal 18 April 2020 sejak memasuki masa PSBB sampai tanggal 29 April 2020. Jadi agak tenang melakukan kerjaan rumah dan mengurus buah hati tanpa harus diganggu oleh kerjaan kantor (kebalik mungkin, ya :D).


Inilah sedikit tulisan yang saya ketik ketika semua anak-anak saya sudah tidur pulas, setelah anak sulung saya telah mengerjakan tugas sekolahnya. Setelah anak kedua saya lelah bermain dan meminta diperhatikan setiap waktu. Semoga Anda yang membaca tulisan saya mendapatkan manfaat, hiburan sekaligus bisa sharing di komen blog sederhana saya ini. Ditunggu sharingnya...




Rawa Maju-CikBar, 17-April-2020 (Rosi.JS)



******************



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Luar Sana, Kita Tidak Baik-baik Saja (Opiniku)